Pages

Thursday, 29 August 2013

Imbalance

Seorang teman berkata bahwa rumah tangga yang baik adalah suami istri yang tinggal satu atap. Rezeki tidak harus dicari di luar negeri, di Indonesia juga ada. Istri juga sebaiknya menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Tidak usahlah bekerja di luar rumah, karena akan timbul fitnah.
Entah kenapa,bagiku itu seperti melihat uang dari satu sisi. Temanku itu bisa berkata seperti itu karena kondisinya memungkinkan: orangtua kaya, suami punya banyak koneksi orang atas, adiknya sudah mapan dan tidak ada yang sekolah, dan hal-hal lain yang tidak masuk dalam kondisiku.

Setiap orang mempunyai keadaan yang berbeda, dengan beban yang berbeda pula.
Satu atap: langit. Saya dan suami saling mengerti bahwa kami lebih nyaman mempunyai kehidupan seperti ini. Lama tidak bertemu untuk kemudian suami punya cuti yang agak lama. Pepatah yang bilang bahwa absence makes the heart grow fonder sangat sesuai dengan kondisi kami. Karena bagaimanapun, akan ada suatu titik dimana kebosanan dan kejenuhan datang. Dengan berjauhan akan mengurangi pertengkaran (rumah tangga) dan dengan pertemuan setelah lama tak jumpa akan memberikan kerinduan yang sangat. Memang akan ada masa istri membutuhkan kehadiran suami, atau sebaliknya.

Rezeki: yang jelas harus dicari. Rasullullah saja menyarankan berhijrah apabila suatu keadaan tidak sesuai dengan kita. Memang ada banyak lapangan pekerjaan, akan tetapi lebih banyak lagi pengangguran. Misal di Indonesia susah mendapatkan pekerjaan, dan di luar negeri suami sayalebih dihargai, then why not?

Ibu rumah tangga: bergosip ria. Hal yang paling tidak aku suka selama dua tahun menjadi ibu rumah tangga adalah kesan yang melekat dengan bergosip. Selama masa menyusui Aiz, suami melarang saya bekerja. Saya menikmati masa-masa breast-feeding, tetapi asli, saya bosan dengan kehidupan ibu rumah tangga yang begitu-begitu saja, dengan banyaknya cerita-cerita yang cenderung negatif: mbak, si anu sama si una habis bertengkar, suaminya si x ternyata kerjanya y lho, dsb. Kepala ikut pusing mendengar cerita-cerita yang disampaikan dengan sengaja oleh tetangga. Menjadi wanita bekerja bukan berarti melupakan kewajiban utama sebagai ibu. Toh setelah saya kerja, Aiz tetap dapat pengasuhan yang baik dari keluarga Pak Pri, Bu Warni dan mbak Sekar yang menganggap Aiz adalah bagian keluarga mereka. Selain itu, saya masih ingin bisa membantu adik saya untuk tetap sekolah. Apabila saya 'ora obah', kasihan adik saya dan keluarga saya. Ada banyak hal yang membuat saya mengambil keputusan untuk bekerja di luar rumah, tanpa mengesampingkan tugas utama saya sebagai bunda untuk Aiz.

#Be Nice! You don't know what someone has been through.

7 comments:

  1. hidup itu kan pilihan, bu...
    semua ada enak dan tidaknya. kalo aku cenderung pergi jauh biar tabungan cepet gembung untuk persiapan masa depan anak anak mumpung mereka masih kecil dan gampang diawasi. ketimbang aku perginya setelah mereka besar dan musti diawasi ekstra...

    ReplyDelete
  2. iya saya sepakat banget dengan Kang Raw. inilah pilihan itu Mbak. saat isteri memutuskan untuk bekerja atau tidak bekerja, saya pun sebenarnya ada di sebuah sisi yang tidak saya ungkapkan. saya akan hargai isteri saya apapun keinginannya. dan saat dia menentukan posisinya, saya pun akan menghormatinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepakat, pak. Asal sebelumnya sudah dibicarakan dengan pasangan, maka hasilnya akan lebih baik. Suami saya mendukung saya untuk terus mengembangkan diri. sangat bersyuklur mempunyai suami yang berfikiran luas dan supportif.

      Delete
  3. saya udah coba follow blog Mbak ini, tapi dapet warning bahwa saya ternyata udah overload ngikutin blog temen2. hehe.. lucu banget, ternyata dibatesin,

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak fans ya pak? hehehehe
      kalau gitu jadi secret admirer aj..alias silent reader, hehehe

      Delete
  4. saya tdk tahu banyak soal itu tapi setidaknya saya bsa belajar dari orang2 yg sudah berpengalaman soal ini. salam kenal mbaak :)

    ReplyDelete