Pages

Tuesday 11 February 2014

Tipe Tetangga

Saya seorang Ibu bekerja. Waktu untuk bercengkaram dengan tetangga sangat terbatas. Kadang kalau tidak begitu lelah sepulang dari kantor, saya menyempatkan diri berkumpul dengan tetangga. Mereka biasa duduk-duduk di depan halaman rumah saya. Kalau memang sedang kelelahan, saya lebih memilih di rumah dan bermain dengan Aiz.

Suatu hari, seorang tetangga dekat yang akrab dengan saya bercerita, Ibu NL yang rumahnya agak jauh dari rumah saya, berkata "Ini rumah kosong pa ya, kok yang punya ga pernah ada". Untungnya tetangga-tetangga dekat rumah memang memaklumi keadaan saya. Saya merasa sangat berhutang jawaban terhadap tetangga saya yang menjawab ibu NL itu "Lha wong Mbak Tati kerja, ya jarang di rumah to Bu.."

Lagi-lagi dengan Bu NL. Entah kenapa itu Ibu perhatian sekali terhadap kehidupan saya, dan kehidupan para tetangganya :-). Suatu sore di hari Jumat, saya mengajak Aiz ke toko sayur. Sepulangnya, saya melewati ibu-ibu rumah tangga yang sedang bercengkrama. Saya senyum, mengangguk dan berkata nderek langkung. Mereka membalas dengan senyum juga, keculai bu NL. Sepintas saya lihat bu NL menatap saya dari kepala sampai ujung kaki, tanpa senyum.

Saya cek dengan beberapa tetangga, terutama yang pinisepuh dan punya banyak informasi. Saya cek apakah saya ada salah tanpa saya ketahui. Misal ada, saya ingin menyelesaikannya dengan baik-baik. Tak dinanya, jawaban para pinisepuh itu sama "Ra sah nguruh wong kae, Mbak. Cen tukang nggosip!". Oalah....
Sikap saya? Ya jauh-jauh saja dari bu NL. She is not worth a second of my time. Tipe seperti dia ini yang nantinya bisa membuat kehidupan kita tidak nyaman. Jauh, jauhi orang seperti dia.

Lain lagi dengan ibu AD. Dia super duper cuek bebek. Sampe dielingke pak RW tentang truk-nya yang mangkrak ngabak-ngabaki dalan pun tidak bergeming. Apalagi tiap lewat bu AD tidak pernah menyapa, bahkan kaca mobil pun tidak pernah dibuka. Mantan bu RT sampai anyel sama sikapnya bu AD. Sampai suatu hari, ban mobil belakang bu AD mblesek masuk gorong-gorong (Itu gorong-gorong harusnya berada di luar pagar, tapi entah gimana dulu bu AD mbangun rumahnya maju satu meter). Beberapa saat para tetangga hanya melihat kejadian tsb. Sementara itu bu AD hanya dibantu seorang simbah yang biasa bantu bersih-bersih di rumahnya dan seorang karyawan rumah sebelah. Setelah agak lama, tetangga akhirnya membantu dengan instruksi dari manatan Bu RT. Sehari setelah kejadian tsb, mantan Bu RT cerita ke saya dan para ibu-ibu muda yang sedang menyuapi anak-anaknya "Yo ngono kuwi, yen seneng-seneng ki iso wae njaluk tulung EO, tapi nek kesusahan, kepaten misale, opo yo njaluk tulung EO? Yo mesti tanggane sing direpoti". Setelah kejadian tsb pun ibu AD belum mendapat pelajaran, tetap cuek seperti sedia kala.

Sikap saya? Untuk tetangga yang bertipe seperti bu AD, kita balik cuek aja sebenarnya. Masih banyak tetangga kita yang baik ke kita, dan kita pun bisa membalas kebaikan mereka. Kalau tipe cuek bebek seperti bu AD ini, memang harus kompakan dicuekin balik.


No comments:

Post a Comment