Pages

Tuesday 25 February 2014

Hikmah 'Mampirnya' Abu Kelud

Jum'at sekitar pukul 2 dini hari Aiz terbangun. Dia batuk-batuk dan mimisan sedikit. Saya heran, biasanya Aiz mimisan karena kecapekan atau demam. Jawabannya baru saya ketahui ketika pukul 4 saya menyadari sedang terjadi hujan abu. Ada kemungkinan abu tersebut terbawa angin masuk kamar dan terhirup Aiz.

Seharian dan dua hari berikutnya saya bersih-bersih. Menyapu dan mengepel sampai beberapa kali dalam sehari. Lumayan untuk olahraga dan sekalian memilah mana barang yang masih dipertahankan (dibersihkan debunya, disimpan) dan barang mana yang waktunya dibuang.

Hikmah lain selain itu adalah saya 'diharuskan' membeli rak piring tertutup, tempat sendok tertutup dan sebuah vacuum cleaner. Peralatan makan jadi lebih tertata dan rapi. Meski si vacuum cleaner tidak begitu berfungsi, saya yakin pasti akan berguna apabila sudah ada roda empat nongkrong di garasi saya (aamien).

Ikut terkena dampak meletusnya gunung Kelud juga bisa membuat hati kita terbuka untuk membantu korban bencana di Kediri sana. Meski cuma sedikit transferan via yayasan pengelola zakat, saya harap dapat sedikit meringankan beban mereka.

Allah Maha Penyanyang. Kejadian hujan abu terjadi Jumat pagi. Kantor meliburkan staffnya pada hari itu, diikuti Sabtu dan Ahad yang memang jadwal libur. Tiga hari berada di rumah bersama anak tercinta, semakin membuatku memahami karakter Aiz.

Jumat sore, seminggu pasca hujan abu, Jogja diguyur hujan (air). Puji syukur saya panjatkan kepada Illahi Robbi. Debu di jalan dan di atap luruh, hanyut terbawa air. Akan tetapi saya kembali harus berolahraga. Sumur saya terbuka dan berada diluar rumah, tepat dibawah aliran air genteng. Abu yang luruh masuk ke sumur dan membuat air keruh. Saya pun 'diharuskan' membeli selang agar bisa 'meminta' air dari tetangga sebelah. Beruntungnya saya, Sabtu dan Ahad kantor (masih) jadwal libur. Yang dulunya saya 'gemar' membuang air, sekarang jadi semakin memhargai pentingnya menghemat air.

Sekarang hari Selasa dan saya masih meminta bantuan air dari tetangga. 


Tuesday 11 February 2014

Tipe Tetangga

Saya seorang Ibu bekerja. Waktu untuk bercengkaram dengan tetangga sangat terbatas. Kadang kalau tidak begitu lelah sepulang dari kantor, saya menyempatkan diri berkumpul dengan tetangga. Mereka biasa duduk-duduk di depan halaman rumah saya. Kalau memang sedang kelelahan, saya lebih memilih di rumah dan bermain dengan Aiz.

Suatu hari, seorang tetangga dekat yang akrab dengan saya bercerita, Ibu NL yang rumahnya agak jauh dari rumah saya, berkata "Ini rumah kosong pa ya, kok yang punya ga pernah ada". Untungnya tetangga-tetangga dekat rumah memang memaklumi keadaan saya. Saya merasa sangat berhutang jawaban terhadap tetangga saya yang menjawab ibu NL itu "Lha wong Mbak Tati kerja, ya jarang di rumah to Bu.."

Lagi-lagi dengan Bu NL. Entah kenapa itu Ibu perhatian sekali terhadap kehidupan saya, dan kehidupan para tetangganya :-). Suatu sore di hari Jumat, saya mengajak Aiz ke toko sayur. Sepulangnya, saya melewati ibu-ibu rumah tangga yang sedang bercengkrama. Saya senyum, mengangguk dan berkata nderek langkung. Mereka membalas dengan senyum juga, keculai bu NL. Sepintas saya lihat bu NL menatap saya dari kepala sampai ujung kaki, tanpa senyum.

Saya cek dengan beberapa tetangga, terutama yang pinisepuh dan punya banyak informasi. Saya cek apakah saya ada salah tanpa saya ketahui. Misal ada, saya ingin menyelesaikannya dengan baik-baik. Tak dinanya, jawaban para pinisepuh itu sama "Ra sah nguruh wong kae, Mbak. Cen tukang nggosip!". Oalah....
Sikap saya? Ya jauh-jauh saja dari bu NL. She is not worth a second of my time. Tipe seperti dia ini yang nantinya bisa membuat kehidupan kita tidak nyaman. Jauh, jauhi orang seperti dia.

Lain lagi dengan ibu AD. Dia super duper cuek bebek. Sampe dielingke pak RW tentang truk-nya yang mangkrak ngabak-ngabaki dalan pun tidak bergeming. Apalagi tiap lewat bu AD tidak pernah menyapa, bahkan kaca mobil pun tidak pernah dibuka. Mantan bu RT sampai anyel sama sikapnya bu AD. Sampai suatu hari, ban mobil belakang bu AD mblesek masuk gorong-gorong (Itu gorong-gorong harusnya berada di luar pagar, tapi entah gimana dulu bu AD mbangun rumahnya maju satu meter). Beberapa saat para tetangga hanya melihat kejadian tsb. Sementara itu bu AD hanya dibantu seorang simbah yang biasa bantu bersih-bersih di rumahnya dan seorang karyawan rumah sebelah. Setelah agak lama, tetangga akhirnya membantu dengan instruksi dari manatan Bu RT. Sehari setelah kejadian tsb, mantan Bu RT cerita ke saya dan para ibu-ibu muda yang sedang menyuapi anak-anaknya "Yo ngono kuwi, yen seneng-seneng ki iso wae njaluk tulung EO, tapi nek kesusahan, kepaten misale, opo yo njaluk tulung EO? Yo mesti tanggane sing direpoti". Setelah kejadian tsb pun ibu AD belum mendapat pelajaran, tetap cuek seperti sedia kala.

Sikap saya? Untuk tetangga yang bertipe seperti bu AD, kita balik cuek aja sebenarnya. Masih banyak tetangga kita yang baik ke kita, dan kita pun bisa membalas kebaikan mereka. Kalau tipe cuek bebek seperti bu AD ini, memang harus kompakan dicuekin balik.


Friday 7 February 2014

Moving thing

At first I was mad when the umper chief of the building asked us to move to the 1st floor. We found it weird when he told us about the reason. We complained, but it seemed that it was the last decision: moving.

It took a week (five days, actually) to make the new room neat and comfortable for us. It took three days for us to arrange our desks. It took our energy.

After a week working in our new room, I began to realize that this room was far more comfortable that the old one. Straight in front of the room is mushola, the praying room. next to mushola is the restroom. The parking lot for staffs just outside the room; we can run to save our helmets and raincoats whenever it is rain in no time.

The easy access to the mushola motivates me to have my dhuha praying routine, and I double-up the rakaat too. It makes me do sholat in the early time and it feels really good.

In conclusion, moving to a new room is not as bad as I thought, even it is the good thing i should be grateful of.