Pages

Thursday 16 January 2014

I were in my husband's shoes, for a while

Selasa malam Aiz diajak ayahnya 'mudik' ke rumah mbah uti di pemalang. Sejak siang, Aiz tanya terus kapan travelnya datang dan menjelang malam tiba, ketika waktunya tidur pun Aiz nggak mau tidur. Pukul 22.05 travel Alrin datang. Ayah menata tas dan oleh-oleh di bagasi, sementara itu Aiz memelukku erat dan mencium pipiku sambil bilang "Bunda ampun nangis nggih? Aiz sayang Bunda...". Duh..malah aku semakin mbrambangi...
Pelan-pelan mobil meninggalkanku sendiri...Dari dalam mobil Aiz memandangku dan melambaikan tangannya. Ayah memberi kiss-bye. Malam itu, aku baru bisa memejamkan mata menjelang subuh. Rasa kangen, khawatir Aiz rewel, dan memikirkan perjalanan di malam hari campur aduk menjadi satu.
-------
Ini hari kedua aku di rumah sendiri, tanpa Aiz dan ayah. Benar-benar sepi, aneh. Selama ini Aiz selalu bersamaku. Tidak pernah sehari pun kami berpisah. Aku mulai memahami perasaan ayah, ketika ayah jauh dari kami. Ayah yang terisolir di Ibsa Quinto selama berbulan-bulan, hanya bisa memandang birunya laut disekelilingnya, dan hanay berinteraksi dengan orang-orang itu saja, pasti jauuuuuuuuuh lebih berat dari apa yang aku alami sekarang ini. Ayah tidak pernah mengeluhkan atau membicarakan bagaimana kangennya dia ke kami. Ayah cuma bilang kangen Aiz dan Bunda di tiap telepon di minggu pagi-nya. Ayah, we are proud of you.
------
Dedicated to husband,

Agung Dyas Skorpianto