Jumat 5 Desember kami para staf UNY menerima penyuluhan tentang kinerja dan keselamatan kerja.
Para staf yang belum mendaftarkan diri pada keikutsertaan di BPJS kesehatan dan Ketenagakerjaan diharapkan mengumpulkan berkas-berkasnya paling lambat seminggu kemudian.
Ada beberapa kejadian lucu yang kami hadapi ketika mengisi berkas-berkas tsb.
Ada yang sudah mendaftar, tetapi pada saat itu belum punya anak. Ada yang sehari sebelumnya baru saja melangsungkan pernikahan sehingga belum sempat mengganti kk dan ktp. Ada yang keluarganya nun jauh disana sehingga membutuhkan waktu untuk melengkapi berkas. Ada yang sedang cuti karena wisuda di luar negeri.
Awalnya saya enggan mengajukan BPJS, karena pernah membaca dari suatu catatan seorang dokter yang kurang setuju adanya BPJS dan selain itu saya sudah memiliki asuransi kesehatan. Akan tetapi, setelah saya berkonsultasi dengan agen asuransi saya dan mengingat status pekerjaan suami yang tidak diijinkan untuk menjadi anggota asuransi tsb, maka akhirnya saya ikut program tsb.
Sewaktu pengisian saya agak kaget untuk status pekerjaan saya. Saya pikir saya adalah pekerja swasta, ternyata saya merupakan pegawai pemerintah Non-PNS!
Bunda Aiz
Blog ini sekedar catatan dan unek-unek saya pribadi.
Thursday, 11 December 2014
Wednesday, 8 October 2014
SELFIE
Dua minggu yang lalu HP semata wayang saya rusak dan berakhir di bengkel. Kebetulan ada sisa honor ngajar, jadilah HP ecek-ecek saya beli. Gak tanggung-tanggung, dengan harga sepertiga HP yang rusak, HP ecek-ecek ini punya spesifikasi yang melimpah: kamera depan-belakang, layar lebar, dan level OS yang lebih tinggi. Awalnya suami kurang setuju dengan kualitas barang yang kurang bagus, tapi setelah saya insist untuk punya HP baru, meski ecek-ecek, suami mengiyakan.
Punya HP berkamera depan memang menggoda iman berselfie ria. Jarang banget saya foto-foto selfie, tapi akhirnya tergoda juga. Awalnya melihat foto selfie si Aiz yang dikirim buleknya via BBM sewaktu Aiz berlibur dua minggu di rumah Uti dan berakhir dengan eksperimen selfie bareng Aiz.
Asyik juga ternyata bisa kompakan foto sama anak. Baru sadar ternyata Aiz sudah bisa diajak kompakan :-)
Punya HP berkamera depan memang menggoda iman berselfie ria. Jarang banget saya foto-foto selfie, tapi akhirnya tergoda juga. Awalnya melihat foto selfie si Aiz yang dikirim buleknya via BBM sewaktu Aiz berlibur dua minggu di rumah Uti dan berakhir dengan eksperimen selfie bareng Aiz.
Asyik juga ternyata bisa kompakan foto sama anak. Baru sadar ternyata Aiz sudah bisa diajak kompakan :-)
Tuesday, 26 August 2014
Kabar Gembira
Pembukaan CPNS 2014 sudah dimulai. Banyak teman yang menanyakan posisiku: daftar atau tidak. Selama ini saya belum pernah mendaftar CPNS. Ada teman yang menyayangkan keputusan saya, ada pula yang mendukung.
Melihat posisi yang ditawarkan, untuk jurusanku hanya ada di pusat dan di luar pulau Jawa. Untuk Jakarta, jaman dulu masa kecil kecil saya di Jakarta memang menyenangkan, akan tetapi setelah menjadi orang tua, banyak hal yang membuat saya kuatir. Dari bebasnya pergaulan sampai mahalnya biaya hidup. Sedangkan untuk luar pulau Jawa, keluarga tidak mengijinkan karena saat ini suami saya tugas di luar negeri, sedangkan anak masih kecil.
Posisi saya di tempat kerja saat ini masih staf honorer, belum kontrak rektor. Sudah satu tahun lebih belum ada kejelasan kapan pengangkatan, padahal staf baru yang ditempatkan di rektorat langsung diangkat / mendapat SK.
Alhamdulillah, tadi pagi ada teman kantor yang membawa kabar gembira. Akan ada perbincangan antara ketua dan pihak rektorat untuk menentukan nasib saya dan kawan berempat.
Hal tersebut cukup membuat saya tenang dan pada akhirnya sangat mungkin untuk tidak melirik formasi cpns 2014 yang ada.
Melihat posisi yang ditawarkan, untuk jurusanku hanya ada di pusat dan di luar pulau Jawa. Untuk Jakarta, jaman dulu masa kecil kecil saya di Jakarta memang menyenangkan, akan tetapi setelah menjadi orang tua, banyak hal yang membuat saya kuatir. Dari bebasnya pergaulan sampai mahalnya biaya hidup. Sedangkan untuk luar pulau Jawa, keluarga tidak mengijinkan karena saat ini suami saya tugas di luar negeri, sedangkan anak masih kecil.
Posisi saya di tempat kerja saat ini masih staf honorer, belum kontrak rektor. Sudah satu tahun lebih belum ada kejelasan kapan pengangkatan, padahal staf baru yang ditempatkan di rektorat langsung diangkat / mendapat SK.
Alhamdulillah, tadi pagi ada teman kantor yang membawa kabar gembira. Akan ada perbincangan antara ketua dan pihak rektorat untuk menentukan nasib saya dan kawan berempat.
Hal tersebut cukup membuat saya tenang dan pada akhirnya sangat mungkin untuk tidak melirik formasi cpns 2014 yang ada.
Monday, 25 August 2014
Kembali Go Blog
Huft, lama saya tidak mengunjungi blog. Ada banyak yang ingin saya tuliskan, dari pengalaman di kantor sampai hidup bertetangga di rumah (yang masih kontrakan), akan tetapi ngambeknya lappy dan hp andro menjadi alasan.
Ada banyak ide untuk mengembangkan kemampuan menulis saya dan mengembangkan blog ini. Beberapa rencana saya adalah saya menulis sesuatu yang penting untuk di-share ke teman-teman bloggers, yang bukan hanya sekedar curhatan atau unek-unek pribadi semata.
Ada banyak jenis blog yang sudah saya telusuri yang berkaitan dengan passion atau minat si penulis. In sha Allah kedepan saya akan menulis resep-resep masakan yang saya sajikan di rumah dan tips-tips belajar bahasa Inggris yang praktis.
Memang sudah banyak blog yang berkaitan dengan masak-memasak dan belajar bahasa Inggris, dan saya yang suka kedua hal tersebut, meski bukan mahir, akan mencoba mengulasnya ke teman-teman.
Ada banyak ide untuk mengembangkan kemampuan menulis saya dan mengembangkan blog ini. Beberapa rencana saya adalah saya menulis sesuatu yang penting untuk di-share ke teman-teman bloggers, yang bukan hanya sekedar curhatan atau unek-unek pribadi semata.
Ada banyak jenis blog yang sudah saya telusuri yang berkaitan dengan passion atau minat si penulis. In sha Allah kedepan saya akan menulis resep-resep masakan yang saya sajikan di rumah dan tips-tips belajar bahasa Inggris yang praktis.
Memang sudah banyak blog yang berkaitan dengan masak-memasak dan belajar bahasa Inggris, dan saya yang suka kedua hal tersebut, meski bukan mahir, akan mencoba mengulasnya ke teman-teman.
Tuesday, 25 February 2014
Hikmah 'Mampirnya' Abu Kelud
Jum'at sekitar pukul 2 dini hari Aiz terbangun. Dia batuk-batuk dan mimisan sedikit. Saya heran, biasanya Aiz mimisan karena kecapekan atau demam. Jawabannya baru saya ketahui ketika pukul 4 saya menyadari sedang terjadi hujan abu. Ada kemungkinan abu tersebut terbawa angin masuk kamar dan terhirup Aiz.
Seharian dan dua hari berikutnya saya bersih-bersih. Menyapu dan mengepel sampai beberapa kali dalam sehari. Lumayan untuk olahraga dan sekalian memilah mana barang yang masih dipertahankan (dibersihkan debunya, disimpan) dan barang mana yang waktunya dibuang.
Hikmah lain selain itu adalah saya 'diharuskan' membeli rak piring tertutup, tempat sendok tertutup dan sebuah vacuum cleaner. Peralatan makan jadi lebih tertata dan rapi. Meski si vacuum cleaner tidak begitu berfungsi, saya yakin pasti akan berguna apabila sudah ada roda empat nongkrong di garasi saya (aamien).
Ikut terkena dampak meletusnya gunung Kelud juga bisa membuat hati kita terbuka untuk membantu korban bencana di Kediri sana. Meski cuma sedikit transferan via yayasan pengelola zakat, saya harap dapat sedikit meringankan beban mereka.
Allah Maha Penyanyang. Kejadian hujan abu terjadi Jumat pagi. Kantor meliburkan staffnya pada hari itu, diikuti Sabtu dan Ahad yang memang jadwal libur. Tiga hari berada di rumah bersama anak tercinta, semakin membuatku memahami karakter Aiz.
Jumat sore, seminggu pasca hujan abu, Jogja diguyur hujan (air). Puji syukur saya panjatkan kepada Illahi Robbi. Debu di jalan dan di atap luruh, hanyut terbawa air. Akan tetapi saya kembali harus berolahraga. Sumur saya terbuka dan berada diluar rumah, tepat dibawah aliran air genteng. Abu yang luruh masuk ke sumur dan membuat air keruh. Saya pun 'diharuskan' membeli selang agar bisa 'meminta' air dari tetangga sebelah. Beruntungnya saya, Sabtu dan Ahad kantor (masih) jadwal libur. Yang dulunya saya 'gemar' membuang air, sekarang jadi semakin memhargai pentingnya menghemat air.
Sekarang hari Selasa dan saya masih meminta bantuan air dari tetangga.
Seharian dan dua hari berikutnya saya bersih-bersih. Menyapu dan mengepel sampai beberapa kali dalam sehari. Lumayan untuk olahraga dan sekalian memilah mana barang yang masih dipertahankan (dibersihkan debunya, disimpan) dan barang mana yang waktunya dibuang.
Hikmah lain selain itu adalah saya 'diharuskan' membeli rak piring tertutup, tempat sendok tertutup dan sebuah vacuum cleaner. Peralatan makan jadi lebih tertata dan rapi. Meski si vacuum cleaner tidak begitu berfungsi, saya yakin pasti akan berguna apabila sudah ada roda empat nongkrong di garasi saya (aamien).
Ikut terkena dampak meletusnya gunung Kelud juga bisa membuat hati kita terbuka untuk membantu korban bencana di Kediri sana. Meski cuma sedikit transferan via yayasan pengelola zakat, saya harap dapat sedikit meringankan beban mereka.
Allah Maha Penyanyang. Kejadian hujan abu terjadi Jumat pagi. Kantor meliburkan staffnya pada hari itu, diikuti Sabtu dan Ahad yang memang jadwal libur. Tiga hari berada di rumah bersama anak tercinta, semakin membuatku memahami karakter Aiz.
Jumat sore, seminggu pasca hujan abu, Jogja diguyur hujan (air). Puji syukur saya panjatkan kepada Illahi Robbi. Debu di jalan dan di atap luruh, hanyut terbawa air. Akan tetapi saya kembali harus berolahraga. Sumur saya terbuka dan berada diluar rumah, tepat dibawah aliran air genteng. Abu yang luruh masuk ke sumur dan membuat air keruh. Saya pun 'diharuskan' membeli selang agar bisa 'meminta' air dari tetangga sebelah. Beruntungnya saya, Sabtu dan Ahad kantor (masih) jadwal libur. Yang dulunya saya 'gemar' membuang air, sekarang jadi semakin memhargai pentingnya menghemat air.
Sekarang hari Selasa dan saya masih meminta bantuan air dari tetangga.
Tuesday, 11 February 2014
Tipe Tetangga
Saya seorang Ibu bekerja. Waktu untuk bercengkaram dengan tetangga sangat terbatas. Kadang kalau tidak begitu lelah sepulang dari kantor, saya menyempatkan diri berkumpul dengan tetangga. Mereka biasa duduk-duduk di depan halaman rumah saya. Kalau memang sedang kelelahan, saya lebih memilih di rumah dan bermain dengan Aiz.
Suatu hari, seorang tetangga dekat yang akrab dengan saya bercerita, Ibu NL yang rumahnya agak jauh dari rumah saya, berkata "Ini rumah kosong pa ya, kok yang punya ga pernah ada". Untungnya tetangga-tetangga dekat rumah memang memaklumi keadaan saya. Saya merasa sangat berhutang jawaban terhadap tetangga saya yang menjawab ibu NL itu "Lha wong Mbak Tati kerja, ya jarang di rumah to Bu.."
Lagi-lagi dengan Bu NL. Entah kenapa itu Ibu perhatian sekali terhadap kehidupan saya, dan kehidupan para tetangganya :-). Suatu sore di hari Jumat, saya mengajak Aiz ke toko sayur. Sepulangnya, saya melewati ibu-ibu rumah tangga yang sedang bercengkrama. Saya senyum, mengangguk dan berkata nderek langkung. Mereka membalas dengan senyum juga, keculai bu NL. Sepintas saya lihat bu NL menatap saya dari kepala sampai ujung kaki, tanpa senyum.
Saya cek dengan beberapa tetangga, terutama yang pinisepuh dan punya banyak informasi. Saya cek apakah saya ada salah tanpa saya ketahui. Misal ada, saya ingin menyelesaikannya dengan baik-baik. Tak dinanya, jawaban para pinisepuh itu sama "Ra sah nguruh wong kae, Mbak. Cen tukang nggosip!". Oalah....
Sikap saya? Ya jauh-jauh saja dari bu NL. She is not worth a second of my time. Tipe seperti dia ini yang nantinya bisa membuat kehidupan kita tidak nyaman. Jauh, jauhi orang seperti dia.
Lain lagi dengan ibu AD. Dia super duper cuek bebek. Sampe dielingke pak RW tentang truk-nya yang mangkrak ngabak-ngabaki dalan pun tidak bergeming. Apalagi tiap lewat bu AD tidak pernah menyapa, bahkan kaca mobil pun tidak pernah dibuka. Mantan bu RT sampai anyel sama sikapnya bu AD. Sampai suatu hari, ban mobil belakang bu AD mblesek masuk gorong-gorong (Itu gorong-gorong harusnya berada di luar pagar, tapi entah gimana dulu bu AD mbangun rumahnya maju satu meter). Beberapa saat para tetangga hanya melihat kejadian tsb. Sementara itu bu AD hanya dibantu seorang simbah yang biasa bantu bersih-bersih di rumahnya dan seorang karyawan rumah sebelah. Setelah agak lama, tetangga akhirnya membantu dengan instruksi dari manatan Bu RT. Sehari setelah kejadian tsb, mantan Bu RT cerita ke saya dan para ibu-ibu muda yang sedang menyuapi anak-anaknya "Yo ngono kuwi, yen seneng-seneng ki iso wae njaluk tulung EO, tapi nek kesusahan, kepaten misale, opo yo njaluk tulung EO? Yo mesti tanggane sing direpoti". Setelah kejadian tsb pun ibu AD belum mendapat pelajaran, tetap cuek seperti sedia kala.
Sikap saya? Untuk tetangga yang bertipe seperti bu AD, kita balik cuek aja sebenarnya. Masih banyak tetangga kita yang baik ke kita, dan kita pun bisa membalas kebaikan mereka. Kalau tipe cuek bebek seperti bu AD ini, memang harus kompakan dicuekin balik.
Suatu hari, seorang tetangga dekat yang akrab dengan saya bercerita, Ibu NL yang rumahnya agak jauh dari rumah saya, berkata "Ini rumah kosong pa ya, kok yang punya ga pernah ada". Untungnya tetangga-tetangga dekat rumah memang memaklumi keadaan saya. Saya merasa sangat berhutang jawaban terhadap tetangga saya yang menjawab ibu NL itu "Lha wong Mbak Tati kerja, ya jarang di rumah to Bu.."
Lagi-lagi dengan Bu NL. Entah kenapa itu Ibu perhatian sekali terhadap kehidupan saya, dan kehidupan para tetangganya :-). Suatu sore di hari Jumat, saya mengajak Aiz ke toko sayur. Sepulangnya, saya melewati ibu-ibu rumah tangga yang sedang bercengkrama. Saya senyum, mengangguk dan berkata nderek langkung. Mereka membalas dengan senyum juga, keculai bu NL. Sepintas saya lihat bu NL menatap saya dari kepala sampai ujung kaki, tanpa senyum.
Saya cek dengan beberapa tetangga, terutama yang pinisepuh dan punya banyak informasi. Saya cek apakah saya ada salah tanpa saya ketahui. Misal ada, saya ingin menyelesaikannya dengan baik-baik. Tak dinanya, jawaban para pinisepuh itu sama "Ra sah nguruh wong kae, Mbak. Cen tukang nggosip!". Oalah....
Sikap saya? Ya jauh-jauh saja dari bu NL. She is not worth a second of my time. Tipe seperti dia ini yang nantinya bisa membuat kehidupan kita tidak nyaman. Jauh, jauhi orang seperti dia.
Lain lagi dengan ibu AD. Dia super duper cuek bebek. Sampe dielingke pak RW tentang truk-nya yang mangkrak ngabak-ngabaki dalan pun tidak bergeming. Apalagi tiap lewat bu AD tidak pernah menyapa, bahkan kaca mobil pun tidak pernah dibuka. Mantan bu RT sampai anyel sama sikapnya bu AD. Sampai suatu hari, ban mobil belakang bu AD mblesek masuk gorong-gorong (Itu gorong-gorong harusnya berada di luar pagar, tapi entah gimana dulu bu AD mbangun rumahnya maju satu meter). Beberapa saat para tetangga hanya melihat kejadian tsb. Sementara itu bu AD hanya dibantu seorang simbah yang biasa bantu bersih-bersih di rumahnya dan seorang karyawan rumah sebelah. Setelah agak lama, tetangga akhirnya membantu dengan instruksi dari manatan Bu RT. Sehari setelah kejadian tsb, mantan Bu RT cerita ke saya dan para ibu-ibu muda yang sedang menyuapi anak-anaknya "Yo ngono kuwi, yen seneng-seneng ki iso wae njaluk tulung EO, tapi nek kesusahan, kepaten misale, opo yo njaluk tulung EO? Yo mesti tanggane sing direpoti". Setelah kejadian tsb pun ibu AD belum mendapat pelajaran, tetap cuek seperti sedia kala.
Sikap saya? Untuk tetangga yang bertipe seperti bu AD, kita balik cuek aja sebenarnya. Masih banyak tetangga kita yang baik ke kita, dan kita pun bisa membalas kebaikan mereka. Kalau tipe cuek bebek seperti bu AD ini, memang harus kompakan dicuekin balik.
Friday, 7 February 2014
Moving thing
At first I was mad when the umper chief of the building asked us to move to the 1st floor. We found it weird when he told us about the reason. We complained, but it seemed that it was the last decision: moving.
It took a week (five days, actually) to make the new room neat and comfortable for us. It took three days for us to arrange our desks. It took our energy.
After a week working in our new room, I began to realize that this room was far more comfortable that the old one. Straight in front of the room is mushola, the praying room. next to mushola is the restroom. The parking lot for staffs just outside the room; we can run to save our helmets and raincoats whenever it is rain in no time.
The easy access to the mushola motivates me to have my dhuha praying routine, and I double-up the rakaat too. It makes me do sholat in the early time and it feels really good.
In conclusion, moving to a new room is not as bad as I thought, even it is the good thing i should be grateful of.
It took a week (five days, actually) to make the new room neat and comfortable for us. It took three days for us to arrange our desks. It took our energy.
After a week working in our new room, I began to realize that this room was far more comfortable that the old one. Straight in front of the room is mushola, the praying room. next to mushola is the restroom. The parking lot for staffs just outside the room; we can run to save our helmets and raincoats whenever it is rain in no time.
The easy access to the mushola motivates me to have my dhuha praying routine, and I double-up the rakaat too. It makes me do sholat in the early time and it feels really good.
In conclusion, moving to a new room is not as bad as I thought, even it is the good thing i should be grateful of.
Subscribe to:
Posts (Atom)